GAWAT
DARURAT
Setiap kali saya jaga IGD.. saya merasa masih
bingung dan heboh sendiri, orang jawa bilang "gupoh"... teman2
sayapun juga sering protes karena kehebohan saya...hehehe... maaf ya
teman-teman... sifat ini memang sudah bawaan saya dari lahir..hihi... tapi
insyaAllah saya akan selalu berusaha untuk meminimalkan sifat tersebut dan
berusaha untuk tenang,.... tapi sifat ini susah sekali saya kendalikan setiap
saya jaga IGD... apalagi yang dihadapi adalah pasien yang bermacam-macam dengan
jumlah yang tidak terduga, kadang-kadang langsung datang pasien beruntun atau
"grudukan", keadaan ini membuat saya semakin stress...hahaha.. dan
ternyata...hal ini saya masih sedikit dan kurang belajar mengenai tindakan
kegawatdaruratan, seperti triase, sistematika pertolongan pada
kegawatdaruratan.... bismillahirrahmanirrahim.... disini saya akan belajar
menganai PPGD...
Latar Belakang
B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha
pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka
menyelamatkan pasien dari kematian. Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah
banyak diajarkan pada orang-orang awam atau orang-orang awam khusus, namun sepertinya
hal ini masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.
Prinsip Utama
Prinsip Utama PPGD
adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian
filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa
seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-
benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan
nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2-3 menit dapat
mengakibatkan kematian).
Kasus
kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sehari-hari:
- TENGGELAM
- STROKE
- OBSTRUKSI / BENDA
ASING
- INHALASI ASAP
- REAKSI ANAFILAKSIS
- OVERDOSE OBAT
- SENGATAN LISTRIK
- SUFFOKASI
- TRAUMA
- INFARK MYOCARD
- SAMBARAN PETIR
- COMA KARENA BERBAGAI
SEBAB
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar
dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway - Breathing – Circulation
– Disability). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat
diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat
Algortima Dasar PPGD
TRIASE
Cara pemilahan
penderita berdasarkan :
- Kebutuhan
terapi
- Sumber daya
yang tersedia
Terapi didasarkan
pada kebutuhan :
A : Airway
B : Breathing
C : Circulation
D : Disability
E : Exposure
LABELISASI
Biru : gawat darurat
sangat berat
Merah : gawat darurat
Kuning : tidak gawat,
tetapi darurat
Hijau : tidak gawat
darurat
Hitam : meninggal
PRIMERY SURVEY &
RESUSITASI
Deteksi secara cepat
dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
live suport ---
A-B-C-D
A = airway, bebaskan
jalan nafas
B = breathing, beri
nafas, tambah oksigen
C = circulation,
hentikan perdarahan, beri infus
D = disability / SSP,
cegah TIK naik
Quick Diagnosis --
Quick Treatment
Istilah:
Cardio Pulmonary Cerebral
Resuscitation = CPCR = CPR = RJPO = BLS + ALS
Basic Life Support =
B L S
= jalan nafas + nafas
buatan + pijat jantung (A-B-C)
Advanced Life Support
= A L S
= Drug (+fluid) + E K
G + Defibrilasi
Urutan BLS
1. Pastikan pasien
sadar atau tidak, bila pasien tidak sadar langsung bebaskan jalan nafas
oh iyaa...
Pada korban yang tak
sadar, jangan diberi bantal di kepala dan jangan diberi ganjal di bahu
2. Urutan
pemeriksaan:
A: Airway
Periksan apakah ada
hambatan pada saluran nafas?? usahakan jalan nafas tetap terbuka secara
optimal.
Look:Gerak dada &
perut, Tanda distres nafas, Warna mukosa, kulit.
Pada pernafasan yang
normal maka antara dada dan perut bergerak bersamaan, artinya saat dada
mengembang maka perut juga mengembang. Hati-hati jika terjadi sebaliknya atau
gerakan dada dan perut yang berkebalikan arah, maka tanda ini merupakan tanda
sebagai obstruksi total dari jalan nafas (see saw).
Listen:Gerak udara
nafas dengan telinga
Feel: gerak
udara nafas dengan pipi.
Jika pasien sadar,
ajak bicara, jika bicara jelas = tak ada sumbatan
Berikan oksigen (jika
ada), masker 6 lpm
Jaga tulang leher,
baring datar, wajah ke depan, leher posisi netral
Nilai apakah jalan
nafas bebas adakah suara crowing, gargling, snoring.
Jenis-jenis suara
nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
a.Snoring :suara
seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas
oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung
dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu
jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari
mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah).
Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu
dll). Pindahkan benda tersebut
b. Gargling : suara
seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh
cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu
lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut
dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
c.Crowing: suara
dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea,
untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau
jaw thrust saja Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada
jalan napas, maka dapat dilakukan:
a.Back Blow sebanyak
5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang
scapula di punggung
b.Heimlich Maneuver,
c.Chest Thrust,
dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri
seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Gangguan jalan nafas
bagian atas:
- Sumbatan pangkal
lidah
- Sumbatan benda
asing
padat :
makanan. muntahan
cair :
muntah cairan lambung, darah
- Edema jalan nafas:
alergi, angioneurotic edema, luka bakar
- Radang (terutama
anak): laryngitis, tonsilitis, diptheria
Treatment of Air way
obstruction (manual method)
Sumbatan pangkal
lidah
- Jaw thrust
- chin lift + head
tilt
- Jalan nafas
oropharynx
- Jalan nafas
nasopharynx
- Intubasi trachea /
LMA
Cairan di
hypopharynx; penghisap / suction
Sumbatan di plica
vocalis; cricothyroidotomy
B: Breathing
Penyebab gangguan
breathing:
Sentral
SSP/pusat nafas
Perifer
- Jalan nafas
- Paru
- Rongga
pleura
- Dinding dada
- Otot nafas
- Syaraf
- Jantung
Menilai pernapasan:
- Inspeksi (LIHAT):
Frekuensi, pola nafas, simetris atau tidak, penggunaan otot bantu pernapasan,
Bendungan vena leher, sianosis. Pada traum aperiksa adanya luka tusuk, fleil
chest, luka pada dada.
- Palpasi
(RABA): nyeri tekan, krepitasi, emfisema subkutis, pergeseran letak
trakea
- Perkusi: Sonor,
redup, hipersonor.
- Auskultasi
(DENGAR): keluhan penderita, suara nafas, adakah suara tambahan nafas (rhonki?,
whezing?), dengarkan adanya suara usus di dada, suara jantung.
Tanda-tanda distress
nafas:
- Gelisah (karena
hipoksia)
- Tachypnea, nafas
cepat, > 30 pm
- Gerak otot nafas
tambahan
- Gerak cuping hidung
- Tracheal tug
- Retraksi sela iga
- Gerak dada &
perut paradoksal
- Sianosis (tanda
lambat)
Terapi oksigen:
C: Circulasi
- Periksa Nadi:
Irama, frekuensi, kuat angkat
- Tensi
- Perfusi perifer
Tanda-tanda shock:
GANGGUAN PERFUSI
PERIFER
- Raba telapak tangan
Hangat,
Kering, Merah : NORMAL
Dingin,
Basah, Pucat : SHOCK
- Tekan - lepas ujung
kuku / telapak tangan
Merah
kembali < 2 detik : NORMAL
Merah
kembali > 2 detik : SHOCK
- Bandingkan dengan
tangan pemeriksa
Perfusi
: pucat - dingin – basah; cap. Refill time lambat ( kuku, telapak )
- Nadi >100 x/mnt
- Tekanan darah
<100/90 mmhg
Nadi masih teraba di:
Tek darah masih
art. radialis > 80
mmHg
art. femoralis >
70 mmHg
art. carotis > 60
mmHg
Estimasi jumlah perdarahan:
- Fraktur femur
tertutup: 1,5-2 liter
- Fraktur tibia
tertutup: 0,5 liter
- Fraktur pelvis 3
liter
- Hemothoraks: 2
liter
- Fr. Costae (tiap
satu): 150 ml
- Luka sekepal tangan
: 500 ml
Bekuan darah sekepal:
500 ml
Pasang jalur infus IV
besar x 2
- Untuk mengatasi
shock
- Untuk memasukkan
obat
- Kalau sudah ada
satu infus, pasang infus satu lagi
- Ambil sampel darah
untuk cari donor segera pasang stiker nama pasien, pilih vena besar, cairan
harus dapat diguyur
ADVANCED LIFE SUPPORT
memerlukan ketersediaan obat-emergensi segera
Disability
Periksa Pupil (besar,
simetri, refleks cahaya)
Periksa kesadaran ,
GCS
A = Awake (sadar
penuh)
V = responds to
Verbal command (ada reaksi terhadap perintah)
P = responds to Pain
(ada reaksi terhadap nyeri)
U = Unresponsive (tak
ada reaksi)
Dasar-dasar
penanganan pada keadaan gawat darurat juga dapat menggunakan sistem B1-B6
B1 = Breath = Masalah
pernafasan dapat menyebabkankematian dalam 3 menit
B2 = Bleed = Masalah
hemodinamik juga dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit
B3 = Brain = Masalah
kesadaran dan susunan syaraf
B4 = Bladder =
Masalah urogenital
B5 = Bowel = Masalah
tractus digestivus
B6 = Bone = Masalah
tulang dan kerangka.
A = Airway = B1
B = Breathing = B1
C = Circulation = B2
D = Disability = B3
E = Exposure
B4 = Bladder =
masalah urologi
Menilai fungsi ginjal
perlu diperiksa Urine
Volume
Normal : 1 - 2 mI/kg
BB
Anuria : 20 ml/24jam
Oliguria :25 ml/jam
atau 400 ml/24 jam
Poliuria : > 2500
ml/24 jam
Kwalitas
Berat jenis
Sedimen dan lain-lain
Penyebab
oligouria/anuria:
Prerenal
Hipovolemia
Hipotensi/syok
Renal
Prerenal yang tak segera diatasi
Reaksitransfusi
Myoglobinuria karena crush syndrome
Radang
Post renal
Batu, debris
B5 = BOWEL= Masalah tractus
digestivus
Perut yang kembung
atau distensi (menyangkut mastah B 1)
Ascites : perlu
dilakukan punksi
Perdarahan intra
abdominal : segera laparatomy
Ileus paralitik :
Pasang pipa lambung
Pasang pipa rektum
Pasang infus
Dipertimbangkan obat
- obatseperti prostigmin, alinamin dan lain – lain
Ileus obstruktip
Dipersiapkan untuk
laparatomy
Pasang pipa lambung
Pasang infus lakukan
rehidrasi dengan monitoring tensi, nadi, CVP (biIa dipasang) dan produksi urine
Muntah dan diarrhe
(menyangkut masalah B2)
Gejala klinis akibat
berkurangnya cairan interstisiel
Turgor kulit menurun
Mata cowong
Mukosa kering
Ubun – ubun cekung
Gejala akibat
berkurang plasma
Takhikardia
Hipotensi sampai syok
Oliguria
B6 = Bone = masalah
pada tulang
Patah tulang leher
Gangguan
nafas (B1)
Hipovolemia (B2)
Patah tulang panjang
Gangguan nafas (B1)
Hipovolemia (B2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar